Sabtu, 28 November 2015

RAJA

Kelompok 2 
Nama anggota :
Ketua                 : Anmall Muhammad. D
Anggota            : Aprilia Puspita. S
                             Gita Sukmawati. P
                             Iis Sadiah
                             Novi Ari. R
                             Septy Bunga. R
                             Vina Dwi. Y
                             Wawang Novalita
Guru PAI            : Yuyun Yuniarsih, M. Pd.


Raja

a. Pengertian Raja
Secara bahasa, raja berasal dari bahasa arab “rojaun” yang berarti berharap atau harapan.  Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah mempunyai harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang terpenting adalah mengharap rahmat serta keridaan Allah. Raja termasuk akhlaqul karimah terhadap Allah SWT yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk itu, seseorang yang berharap memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya tersebut.

Sifat raja
1. Perilaku Optimis
Setiap manusai akan selalu diuji keimanan dan kepribadiannya. Dengan segala kekurangan dan kelebihan dirinya, manusia senantias menghadapi peluang dan tantangan. Tidak jarang kegagalan dijumpai dalam usaha keras yang telah dilakukan sepanjang hidupnya. Bila peluang dan kesempatan telah tersedia, kemudian ditambah dengan modal, potensi, kekuatan atau kelebihan dirinya, seringkali menimbulkan rasa optimis. Sebaliknya, apabila kemampuan yang dimiliki kurang memadai, biasanya seorang mudah merasa pesimis. Optimis merupakan keyakinan diri dan salah satu sifat baik yang dianjurkan dalam Islam. Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 139 Artinya : “Janganlah kamu bersifat lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran : 139)

2. Perilaku dinamis
dapat diartikan sebagai satu keadaan yang selalu bergerak, tidak pernah diam, tidak statis. Seseornag yang dinamis adalah seseorang yang tidak kenal putus asa dalam mencapaui tujuannya. Sikap dinamis ini memacu manusia pada kemajuan dan perkembangan. Allah SWT berfirman. Artinya : “Dan (Dia telah menetapkan) kuda, bagal dan keledai agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (QS An Nahl ) Melalui ayat tersebut, Allah telah mengisyaratkan kepada manusai untuk berfikir, merenung dan menghasilkan inovasi-inovasi seperti menciptakan tekhnologi mutakhir dan menjadikan tekhnologi itu sebagai perhiaan, kebanggaan dan kemudahan bagi manusia.

4. Berpikir kritis
Allah SWT menciptakan manusia berbeda dengan makhluk yang lain. Manusai memiliki akal (rasio) dan rasa sehingga dengan akal itu manusai mampu berfikir dan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Orang yang tidak mau mempergunakan akalnya adalah orang yang di murkai oleh Allah. Allah SWT memerintahkan agar setiap muslim senantiasa hati-hati, teliti dan kritis terlebih dahulu sebelum mengambil suatu tindakan. Allah SWT senantias mengetahui apa yang tersimpan di dalam pikiran dan perbuatan hambanya, dan dia akan memberi balasan yang setimpal dengan hal tersebut, baik ataupun buruk Proses berfikir dan semangat untuk terus mencari solusi atas suatu permasalahan merupakan sesuatu yang harus selalu dipelihara. Semua masalah yang timbul dari dalam dan dari luar merupakan pemicu seseorang agar senantiasa berfikir untuk dapat menyelesaikan masalahnya tersebut. Berpikir kritis merupakan upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang sedang atau akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapoat memecahkan masalah tersebut Setiap orang mempunyai pola pikir berbeda. Akan tetapi, apabila setiap orang mampu berpikir secara kritis, masalah yang mereka hadapi tentu akan semakin sederhana dan mudah dicari solusinya.

5. Mengenali diri dengan mengharapkan keridaan Allah SWT
Salah satu cara dalam mengharapkan keridaan Allah SWT ialah dengan berusaha mengenali diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pepatah yang terkenal di kalangan tasawuf.
Artinya:

“Barangsiapa yang mengenali dirinya tentu akan mengenali Tuhanya.“
Memperoleh keridaan allah, sehingga hidupnya di abdikan untuk menghambakan diri hanya kepada-Nya .Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan diciptakanya umat manusia yakni semata- mata untuk menghambakan diri hanya kepada Allah.
Allah SWT berfirman:
Artinya: “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusi, melainkan agar mereka menghambakan diri kepada-ku “ (Q.S. Az-Zariyat,51:56).
Mukmin yang mengenali dirinya di mana pun dan kapan pun, akan selalu mengadakan intropeksi apakah dirinya benar-benar menghambakan dirinya kepada Allah SWT ? Jika sudah, bersyukurlah dan tingkatkan kwalitasnya. Jika belum, kembalilah ke jalan yang diridai Allah SWT dengan jalan bertakwa kepada-Nya

Ada 6 hal yang dapat membangkitkan sikap optimis dalam kehidupan kita yakni sebagai berikut:
1. Temukan hal-hal positif dari pengalaman masa lalu
2. Tata kembali target yang ingin kita capai
3. Pecah target yang besar menjadi target-target kecil yang dapat segera dilihat keberhasilannya.
4. Bertawakal kepada Allah SWT setelah melakukan ihtiyar
5. Langkah terakhir, kita perlu mengubah pandangan kita terhadap diri dan kegagalan
6. Yakinkan bahwa Allah SWT akan menolong dan memberi jalan keluar Optimisme sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari guna mencapai sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalm hidup di dunia dan akhirat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar